Batik Bekasi, Tak kenal Maka tak sayang?

Senin, 01 Januari 2018



Batik Bekasi
Batik adalah salah satu kekayaan Indonesia yang sangat legendaris. Pada tanggal 2 Oktober 2009, UNESCO meresmikan batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan Nonbendawi (Masterpieces of the Oral and Intangible Heritage of Humanity) untuk keseluruhan teknik, teknologi, serta pengembangan motif dan budaya.

Di Indonesia, terdapat kota-kota yang dikenal sebagai penghasil batik antara lain Pekalongan, Solo, Yogyakarta, Lasem, Banyumas, Purbalingga, Surakarta, Cirebon, Tasikmalaya, Tulungagung, Ponorogo, Jakarta, Tegal, Indramayu, Ciamis, Garut, Kebumen,Purworejo, Klaten, Boyolali, Sidoarjo, Mojokerto, Gresik, Kudus, dan Wonogiri.

Namun, seiring perkembangannya, batik pun mulai dihasilkan di kota-kota lain, salah satunya di Bekasi. Perkembangan Batik Bekasi tidak terlepas dari perkembangan Batik Betawi. Menurut Budayawan Bekasi, Dr. Andi Sopandi, M.Si. baru-baru ini, penggunaan batik Bekasi masih sangat terbatas, karena hanya pada waktu-waktu tertentu.

“Masyarakat Betawi khususnya Bekasi biasanya menggunakan batik itu pertama, dipergunakan sebagai koleksi. Mereka membeli batik, kemudian hanya untuk disimpan sebagai koleksi di lemari. Biasanya batik itu baru digunakan ketika ada pertemuan-pertemuan tertentu, acara-acra seperti hajatan, dan  juga ketika ada yang meninggal,” jelas Dosen Sistem Sosial Budaya Indonesia Universitas Islam 45 Bekasi itu.

Selain itu, ia juga menambahkan fungsi yang kedua dari batik itu adalah dipergunakan dalam kegiatan berkesenian biasanya seperti lenong, dan acara-acara seni tertentu. Kemudian yang ketiga, batik baru digunakan pada saat kegiatan kendurian atau pada saat pesta, baru  kemudian mereka menggunakan batik. Sementara dalam kesehariannya sangat jarang  digunakan oleh masyarakat Betawi khususnya Bekasi.

Batik Bekasi tentunya berbeda dari batik pada umumnya dan memiliki ciri khas tersendiri. Perbedaan itu dapat dilihat dari segi motif dan warna. Motif Batik Bekasi disesuaikan dengan karakteristik Budaya Bekasi. Motif dibedakan menjadi motif flora, fauna, dan sejarah Bekasi.

Untuk motif flora di antaranya Daun Putri Malu, Eceng Gondok, Kembang Tunjung atau Teratai, Kembang Pisang Mandul yang biasanya menjadi kembang pengantin di Bekasi, dan Daun Lini yang basanya tumbuh di rawa-rawa daerah Bekasi. Selain itu, juga ada motif fauna khas Bekasi yaitu Ikan Gabus, Ikan Betik dan Betok, Burung Kuntul, dan hewan rawa lain termasuk burung Walet.
Motif lain diambil dari budaya dan sejarah Bekasi, misalnya dari alat musik yaitu Tanjidor. Dari sejarah Bekasi, yaitu motif bambu runcing dan monumen khas Bekasi. Hingga kini motif–motif tersebut masih terus dikembangkan.

Warna dari batik Bekasi adalah warna-warna yang cerah, misalnya warna merah tanah khas Bekasi dan warna pucuk daun pisang. Warna cerah ini pula yang menjadi daya tarik batik Bekasi karena berbeda dari warna batik pada umumnya yang lebih dominan dengan warna gelap.

Sementara pemerintah saat ini, melalui Edy Setiawan, Kepala Bidang UMKM Kota Bekasi masih terus berusaha agar batik Bekasi mendapatkan hak paten untuk motifnya. “Batik Bekasi sedang kita galakan bagaimana supaya dia ada hak patennya terkait motif supaya tidak diklaim orang lain motifnya,  nanti kita dorong bagaimana kerja sama dengan retail-retail yang terkemuka seperti matahari,”jelasnya.
Pemerintah juga telah banyak melakukan loka karya, pelatihan-pelatihan, bahkan lomba pembuatan motif Batik Bekasi dalam rangka mengembangkannya. 

http://infopublik.id/read/183926/mengenal-batik-bekasi.html