TUMPAL PUCUK REBUNG
Waktu itu, menurut
catatan Suwarti Kartiwa, penulis buku Batik Betawi: Dalam Proses
Kreatif , Batik Betawi diproduksi di rumah-rumah penduduk.
Jual Kebaya Encim Betawi Harga Termurah
Memang yang
membuat batik bukan penduduk asli Betawi, tetapi para pendatang dari
daerah-daerah penghasil batik di Jawa Tengah, Jawa Timur dan pesisir barat Jawa
Barat, tapi karena mereka telah menjadi Orang Batavia, ya produk mereka
jelaslah bisa disebut sebagai produk yang khas Batavia atau Betawi. Apalagi
motif dan warnanya juga sangat berbeda dari produk batik Jawa pada
umumnya.
Jual Batik Betawi Khas Harga Termurah
H. Sanusi Saleh
membenarkan, sampai tahun 1980-an masih banyak keluarga keturunan Tionghoa yang
membuat batik di Karet Tengsin, Pejompongan, Bendungan Hilir dan Kebon Kacang.
Salah satunya adalah mertuanya Ting Bun.“Mereka juga punya pabrik di Palmerah,
sampai sekarang kuali besar berisi zat pewarna untuk cantingan masih ada di
Palmerah,” katanya.
Istri pertama Bang
Uci–panggilan akrab H. Sanusi Saleh–Eng Yan, aktif juga dalam bisnis tersebut.Dengan
menjual batik produksi mereka ke Pusar Grosir Tanah Abang yang waktu itu
disebut Pasar Gedong, atau sebaliknya membeli bahan kain untuk diproduksi
menjadi batik.
Tapi tahun 1980-an semua
industry rumahan Batik Betawi bangkrut, kata Bang Uci. Dia tidak tahu
penyebabnya, tapi kata Emma Amalia Agus Bisri (80), industri Batik Betawi
rontok karena bermunculannya batik cap atau produk tekstil berbahan batik.
Batik yang dibuat dengan mesin ini langsung membuat daya saing batik tulis yang
dibuat dengan tangan, ambruk.
Harga tanah yang melambung tinggi di segitiga
emas Kuningan tersebut juga membuat usaha pembuatan batik ditinggalkan banyak
keluarga Tionghoa, mereka tak tahan godaan uang miliaran rupiah dari para
pengusaha properti yang ingin membangun apartemen atau mall di atas tanah
mereka, maka satu per satu usaha pabrik Batik Betawi tutup digantikan bangunan
komersial yang menjulang tinggi.
Penyebab lainnya, kata
Emma, yang merupakan kolektor batik dan aktivis pelestarian Kebudayaan
Betawi, adalah meningkatnya kepedulian terhadap lingkungan.
"Pabrik Batik
Betawi Eka Jaya di Karet Tengsin misalnya, terpaksa harus diutup karena
dianggap mencemari Kali Krukut,” kata Emma.
H. Irwan Syafii (80)
membenarkan adanya industri rumahan batik di Karet Tengsin, Pejompongan,
Benhil, Kebon Kacang sampai Palmerah.
"Saya melihat sendiri batik itu dibuat
oleh keluarga-keluarga Tionghoa di Karet Tengsin,” ujar warga Karet Gusuran,
Setiabudi, Sudirman ini.
“Pekerjanya rata-rata orang asli kampung sini. Mereka
menjual produksinya ke Pasar Tanah Abang sambil membeli bahan kain untuk
memproduksi batik berikutnya, saya melihatnya, tapi saya tidak tahu apa-apa
soal motif, corak dan jenis batik,” katanya.
Mpok Nonon (55) istri
kedua Bang Uci menyatakan hal senada. Waktu dia bekerja di salon kecantikan dan
rias pengantin tahun 1980-an masih ada warga Tionghoa yang membuat batik di
Karbela (Karet Belakang), di kawasan Kuningan sekarang.
"Saya sering dipanggil
untuk merias di rumah-rumah mereka, dan saya melihat orang mencanting, menjemur
atau mencuci batik di halaman mereka yang luas,” katanya.Kini, kata Mpok
Nonon, rumah-rumah keluarga Tionghoa pembuat batik tersebut bisa ditandai dari
halamannya yang luas, berpagar hitam dari seng tinggi.
“Umumnya rumah-rumah
mereka sudah dijual dan menunggu pembangunan oleh pemilik baru,” katanya.
Sejatinya Batik Betawi
memang sudah diproduksi sejak Betawi masih disebut Batavia. Motif yang paling
lama waktu itu adalah peta Nusa Kelapa yang termaktub dalam peta Ceila karya
Pangeran Panembong pada masa pemerintahan Prabu Siliwangi (1482 – 1521).
Dari
situ diketahui bahwa nenek moyang orang Betawi menyebut kampung halaman mereka
Nusa Kelapa.
Ridwan Saidi, Budayawan
Betawi dan pencipta massal 24 motif Batik Betawi, KRT Daud Wiryo Hadinegoro,
mengatakan Batik Betawi sudah dikenal sejak lama.
Serat Siksakanda yang ditulis
tahun 1518 dan ditemukan oleh Raden Saleh pada paruh kedua abad ke-19, telah
menyebut-nyebut Batik Betawi dan pengembangnya diduga istri pertama Raden Saleh
sendiri yang waktu itu sudah menjadi pengusaha batik di Karet.
Sebuah foto orang sedang
membatik cap di Pasar Tanah Abang antara tahun 1920 – 1930 koleksi Tropen
Museum Belanda bisa dilihat di Wikipedia.
Namun tidak diketahui
pasti apakah batik yang sedang dikerjakannya Batik Betawi atau bukan, karena
menurut Helen Ishwara dkk, dalam buku Batik Pesisir Pusaka Indonesia Koleksi
Hartono Sumarsono, Batavia, Semarang dan Surabaya sudah menjadi pusat
perdagangan batik sejak 1800.
Emma Amalia Agus Bisrie
sendiri memiliki banyak koleksi Batik Betawi yang disebutnya Batik Batavia.
Rata-rata produksi tahun 1930-an, terdiri dari sarung, kain panjang, selendang,
kain gendongan anak dan kemben. Koleksi itu bisa dilihat di Museum Tekstil
Tanah Abang atau di bukunya Koleksi Batik Antik Nusantara (1891 – 1941).
Menurut Emma, Batik
Betawi sering dipadukan dengan kebaya panjang. Batik Betawi ini dibuat di atas
bahan kain panjang atau kain model buketan atau kain Pan Selen (dari Van
Zuylen).
Jenis dan motif batiknya juga disebut macam-macam seperti jawa
hokokai, kain VOC, pagi sore dan lain-lain, sedangkan warna motifnya, kata Emma
umumnya cerah.
Kemudian, sayang tak
disebutkan tahun pastinya, menurut Rudy Hartono, Staf Bidang Pelestarian
Lembaga Kebudayaan Betawi (LKB), sebuah sanggar Batik Betawi pernah berproduksi
di Cakung, Jakarta Timur, tapi karena limbahnya mencemari sungai, sanggar itu
ditutup.
Sanggar itu menurut Rudy sangat besar kontribusinya pada eksistensi
Batik Betawi saat itu, karena mereka berhasil mengembangkan motif-motif yang
menggambarkan kehidupan sehari-hari Orang Betawi.
Tahun 2010, seorang anak
Betawi yang pernah bersekolah di Semarang Jawa Tengah dan mempelajari batik di
tempat pengolahan batik milik bibinya sampai menjuarai Lomba Mencanting Se-Jawa
Tengah, mengembangkan usaha batik di Desa Segara Jaya, Kecamatan Taruma Jaya,
Marunda, Bekasi.
Wanita itu, Ernawati, mendirikan usaha yang dinamainya
Batik Seraci dan khusus memproduksi Batik Betawi.
Produk Batik Betawi Seraci
tak sebatas pakaian saja, tetapi juga tas, sepatu dan sandal.
Produk kreatif
ini sudah dikenal luas di mancanegara karena Ernawati memasarkannya secara online,
selain membuka gerai di Thamrin City, Tanah Abang dan Jl. Danau Tondano,
Pejompongan, dibantu asistennya Ismoyo W Bimo.
Apa kekhasan Batik
Betawi? Bahannya sama saja dengan bahan-bahan batik yang selama ini dikenal
luas karena sama-sama berasal dari Pekalongan, Solo, Cirebon, Lasem, Madura,
Tasik, Jepara dan sentra Batik Jawa lainnya.
Yakni jenis kain yang banyak
dipakai untuk bahan batik pada umumnya, seperti katun prima, katun
primisima, katun tenun, santung baby, dobby, ATBM, sutera super, dan lain-lain.
Yang membedakannya adalah motif dan warna.
Daud Wiryo Hadinagoro,
salah seorang perancang Batik Betawi mengatakan dalam Seminar Batik Betawi di
Museum Tekstil Juni 2009 ciri khas Batik Betawi adalah warnanya yang menyolok
seperti jambon dan hijau muda.
Musa Widyaatmodjo, perancang batik lainnya,
mengutarakan hal yang sama. Menurut Musa warna Batik Betawi itu ngejreng seperti
hijau, merah dan kuning.
Warna ungu dan orange (jingga) juga banyak
digunakan. Ini disebabkan karena Batik Betawi sangat dipengaruhi Kebudayaan
Cina.
Motifnya juga
memperlihatkan sentuhan Budaya Cina seperti barongsay, burung hong,
gigi naga, perayaan imlek, cap go meh. Namun karena Budaya Betawi juga
dipengaruhi Budaya Arab, India, Belanda, dan Portugis, motifnya makin kaya.
Sebutlah misalnya motif gringsing yang sudah dikenal luas
sejak abad ke-14, atau motif ciliwung, sungai yang telah menjadi
rebutan Belanda, Portugis, Inggris sejak abad ke-16.
Ada lagi motif kehidupan
sehari-hari seperti pertanian, kesenian dan permainan, serta perayaan hari-hari
besar—ulang tahun Jakarta atau hari-hari besar Islam–seperti tanjidor,
ondel-ondel atau tasbih.
Ernawati mengatakan dia
telah mengembangkan lebih dari 200 – 300 motif sejak 2 tahun silam.
Di
antaranya ondel-ondel, si pitung, pitung kompeni, sabuk si pitung,si
pitung sedakep, si pitung silat, rumah si pitung, masjid alam si pitung, tugu
monas,abang-none, ngangon kebo, lumbung padi, demenan, nandur padi, ngluku,
nglajo, kromong, nyebar padi, numbuk, padi, ngibling, klasik, parang klasik, sandal
bakiak, nyero, baritan, njala ikan, pucuk rebung, burung dara, lumpang (alu),
main lurus, main lurus kombinasi tumpal, nyero, marunda, nyabut padi, demprak,
jakarta islamic centre, pengantin betawi,dan lain-lain.
Sebagian merupakan motif
yang sudah ada, sebagian lagi digalinya dari literatur Betawi tempo
doeloe, juga dari berbagai kisah yang pernah didengar atau dilihatnya.
Secara umum para
desainer Batik Betawi mengambil motif dan corak dari apa yang ada di sekitar
lingkungan mereka. Suwarti Kartiwa mengatakan aliran Batik Betawi adalah batik
pesisiran.
Anehnya tak ada motif batik
ini yang menggambarkan kehidupan nelayan seperti perahu, caping, jala, ikan,
burung camar, tanaman pantai atau laut.
Satu-satunya motif pantai adalah yang
menggambarkan seorang noni Belanda duduk bersantai di bawah pohon kelapa.
Lainnya tidak ada.
Akankah Batik Betawi
bisa bangkit lagi di Tanah Abang atau Jakarta? Kemungkinan besar bisa karena,
meskipun menurut pengurus Keluarga Batik Betawi (KKB) Shanda Candradini,
produsen Batik Betawi hanya ada 10 orang yang tersebar di Marunda, Kemayoran,
Rawamangun, Gandaria, Terogong, dan Muara Tawar, Pemda DKI sudah berkomitmen
mengembangkan batik ini.
Gubernur Jakarta waktu itu, Jokowi menjanjikan
penggunaan gedung UMKM di Thamrin City untuk showroom sekaligusworkshop Batik
Betawi.
Satu lokasi di Marunda, dekat Kantor Walikota Jakarta Utara, juga
disediakan untuk workshop Batik Betawi.
Kebijakan Jokowi yang
mewajibkan para PNS di lingkungan Pemda DKI untuk mengenakan busana khas
Jakarta pada hari-hari tertentu, juga akan berdampak konstruktif bagi masa
depan Batik Betawi.
Museum Tekstil juga
aktif memberikan pelatihan membatik dan pernah menyelenggarakan Pameran Batik
Betawi pada ulang tahun Jakarta ke-482 tahun 2010.
Museum ini juga menyimpan
berbagai koleksi batik khas Betawi sumbangan Yayasan Sirih Nanas pimpinan H.
Emma Agus Bisri. Sejak Januari 2010, Emma telah menyumbangkan busana, kain
batik, dan perlengkapan tempat sirih Betawi ke Museum Tekstil.
Menurut Emma, batik yang menjadi kegemaran orang Betawi bermotif pucuk
rebung, bercorak pesisiran, dengan warna-warna cerah seperti merah, biru, ungu,
hijau muda, kuning, dan oranye.
Pucuk rebung kemudian menjadi motif terpopuler
dan dianggap memiliki akar budaya Betawi paling
kental.
Motif ini menjadi seragam wajib None Jakarta sejak 1970-an karena
dianggap sudah lama ada dan dikenal masyarakat Betawi.
Ciri khas
lainnya menonjolkan motif tumpal, bentuk geometris segitiga yang memagari
bagian kepala kain dan badan kain.
Saat dikenakan, tumpal harus ada di bagian
depan. Motif burung hong, menggambarkan pengaruh Tionghoa, juga menjadi ciri
khas lain dari batik Betawi.
Menurut
Emma, perhiasan Betawi umumnya terbuat dari emas, perak, intan, dan berlian.
Perhiasan paling mewah adalah perhiasan kepala pengantin perempuan.
Perhiasan
cadar kepalanya yang hampir seluruhnya terdiri dari emas, intan, dan berlian
itu terdiri dari kembang goyang, rumput, empat leher dan kepala burung hong,
kembang tegak, tusuk lam, paku, serta kerabu atau anting panjang.
Perhiasan
berikutnya adalah kalung tebar, punding (ikat pinggang) bermotif burung bondol
dan merak, serta gelang ular kepala dua.
”Burung
hong, pengaruh China, adalah simbol kecantikan dan kesucian, burung bondol
simbol pribadi orang Betawi, sedangkan burung merak adalah simbol kecerdasan
dan kegesitan perempuan elok.
Ular kepala dua simbol kewaspadaan,” jelas Emma.
Prianya menggunakan perhiasan rantai berkuku macan dan cincin akik.
Menurut
Emma, mempelai perempuan yang menikah biasanya memakai songket Palembang atau
Padang. ”Pada acara resepsinya mempelai perempuan memakai baju besar dengan rok
warnah cerah serta manik-manik,” paparnya.
Jual Celana Boim Batik Betawi Harga Termurah
MAU PASUTRI MAKIN HOT 'N ROMANTIS?
klik link berikut :
0 komentar
Posting Komentar