INFO BATIK BEKASI: JEJAK SEJARAH BEKASI YANG PATUT DI KETAHUI ORANG BEKASI

Rabu, 27 Februari 2013

1. Kerajaan Tarumanegara dan Peninggalannya

Konon, Bekasi merupakan salah satu wilayah kekuasaan dari kerajaan Hindu beraliran Wisnu yang pernah berkuasa sekitar abad ke-4 s/d 7M di nusantara. 


JUAL ROK BATIK BEKASI BETAWI ENCIM PUCUK REBUNG
https://shope.ee/8UmVqMcpaC


Hal ini dibuktikan dari adanya peninggalan Prasasti Tugu. Prasasti tersebut ditemukan di Kampung Batutumbu, Desa Tugu, Kecamatan Tarumajaya, Kabupaten Bekasi.

Prasasti Tugu
Prasasti Tugu

Saat ini prasasti itu disimpan di Museum Sejarah Jakarta, isi Prasasti Tugu yaitu : menerangkan penggalian Sungai Candrabaga oleh Rajadirajaguru dan penggalian Sungai Gomati oleh Purnawarman pada tahun ke-22 di masa pemerintahannya.


JUAL BAJU BATIK BEKASI BETAWI PUCUK REBUNG PRIA LENGAN PENDEK
https://shope.ee/10gUuOEM4i


Penggalian sungai tersebut merupakan gagasan untuk menghindari bencana alam berupa banjir yang sering terjadi pada masa pemerintahan Purnawarman, dan kekeringan yang terjadi pada musim kemarau. 

Sungai Gomati dan Candrabaga yang digali pada sekitar tahun 417 M itu sekarang adalah Kali Bekasi. Panjang penggalian saat itu diketahui sekitar 6112 tombak panjangnya (sekitar 11 km). Selesai penggalian, sang prabu mengadakan selamatan dengan menyedekahkan 1.000 ekor sapi kepada kaum brahmana.

2. Situs Buni dan Kerajaan Segara Pasir
Menurut pendapat ahli antropologi dan sejarawan Betawi, Ridwan Saidi, Tarumanegara bukanlah kerajaan pertama yang ada di Bekasi, jauh sebelum itu ada Kerajaan Segara Pasir. 

Hal ini dibuktikan oleh adanya Situs Buni yang terdapat di sekitar wilayah kecamatan Babelan. Menurut Ridwan, sebelum Masehi, di tatar Pasundan ada 46 kerajaan kuno. Salah satunya adalah Segara Pasir itu yang mendirikan pusat pemerintahannya di daerah pesisir pantai utara Bekasi. 

Kebudayaan Kerajaan Segara Pasir juga dipengaruhi oleh Egypt Kuno (Mesir). Hal tersebut bisa dilihat dari manik-manik yang banyak ditemukan di sekitar Situs Buni.
Data-data yang dikumpulkan menyatakan bahwa situs Buni adalah kompleks pemakaman resi. 

Maka tidak mengherankan, jika sampai saat ini warga masih mudah menemukan sejumlah benda-benda purbakala, seperti manik-manik, mata tombak, perhiasan, dan tulang belulang. Bahkan, pada tahun 1950-1980-an, Situs Buni menjadi “surga” bagi para pemburu harta karun.

3. Nyai Rohmah, Si Perempuan Bekasi
Siti Rohmah dinikahi KH Noer Alie (ulama besar Bekasi yang belakangan didaulat sebagai pahlawan nasional oleh Presiden SBY) pada April 1940. 

Nyai Rohmah merupakan anak dari guru KH Noer Alie, Guru Mughni. Saat itu, Nyai Rohmah merupakan orang di belakang Singa Bekasi sekaligus pendukung perjuangannya. Mirip dengan Kartini, Nyai Rohmah pun berjuang lewat pendidikan.

KH Noer Alie dan Nyai Rohmah
KH Noer Ali dan Nyai Rohmah


lirik lagu MELATI DI TAPAL BATAS

Engkau gadis muda jelita bagai sekuntum melati
Engkau sumbangkan jiwa raga di tapal batas Bekasi
Engkau dinamakan srikandi, pendekar putri sejati
Engkau turut jejak pemuda, turut mengawal negara
Oh pendekar putri nan cantik, dengarlah panggilan ibu
Sawah ladang rindu menanti akan sumbangan baktimu
Duhai putri muda remaja, suntingan kampung halaman
Kembali ke pangkuan bunda, berbakti kita di ladang

Ismail Marzuki (1947)
(Konon lagu ini dibuat karena terinspirasi oleh Nyi Rohmah)

4. Enam Monumen Bekasi

a. Monumen Resolusi rakyat Bekasi.
Monumen tonggak berdirinya Bekasi terletak di Jalan.Veteran, depan Kompleks Kodim 0507. Berbentuk tugu segi lima dengan tinggi 5,8 meter, berdiri di tengah lapangan yang dikelilingi pagar lima persegi setinggi 1 meter. 

Dominasi angka lima melambangkan sebagai lima dasar Negara, yaitu Pancasila. Di tempat ini pernah terjadi sebuah peristiwa penting, yakni digelarnya rapat akbar yang diikuti oleh sekitar 40.000 warga Bekasi pada tanggal 17 Januari 1950. 

Rapat akbar tersebut dipimpin langsung oleh KH. Noer Ali, yang menyatakan bahwa rakyat Bekasi setia kepada Pemerintahan Republik Indonesia dan keinginan untuk memisahkan diri dari Karisidenan Jatinegara, mandiri menjadi Kabupaten Bekasi. 

Kondisi monumen tersebut cukup terawat, hanya saja tidak ada petunjuk apapun di lokasi yang mengisahkan tentang sejarah tugu perjuangan tersebut.

b. Monumen Jalan Agus Salim Bekasi.
Monumen yang terletak di Jalan Agus Salim, posisinya tepat di tengah jalan pertigaan. Daerah tersebut dikenal sebagai kampung tugu. Bentuknya segi empat setinggi 210 cm. 

Puncaknya atau yang biasa disebut sebagai kepala tugu setinggi 75 cm. Di puncak tugu tersebut, dilengkapi dengan pecahan peluru, mortir, granat tangan, sepucuk pistol genggam milik pejuang, tepat di tengah ada sebuah botol tanpa tutup, konon didalamnya berisi gulungan kertas yang bertulis nama-nama pejuang. Dasar tugu berbentuk segi tiga dan di kelilingi rantai. 

Tugu ini dibangun pada 13 Desember 1949 untuk memperingati pembumihangusan Bekasi pada 13 Desember 1949 atau yang dikenal sebagai peristiwa “Bekasi Lautan Api”. 

Menurut Budayawan Unisma Bekasi, Abdul Khoir, tugu ini dibangun atas prakarsa seorang tokoh pejuang Bekasi, Moh. Husain Kamalay. “Di dalam botol ada gulungan kertas yang berisi nama-nama pejuang yang membangun tugu tersebut,” terang Khoir.

C. Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi
Terletak di bumi perkemahan Bekasi yang berada di kompleks GOR Bekasi, Jalan. A.Yani juga terdapat Tugu Perjuangan Rakyat Bekasi. 

Masyarakat Bekasi lebih mengenalnya sebagai tugu pramuka. Wajar, sebab tidak ada penanda apapun semisal plang atau papan yang mengisahkan tentang monumen yang dibangun pada masa pemerintahan Bupati Abdul Fatah tahun 1978. 

Monumen ini dibangun di atas kolam air berbentuk segi lima, di bagian depan ada lima buah setinggi 17 meter yang melambangkan Pancasila dan hari kemerdekaan. 

Dibelakangnya terdapat relief yang mengambarkan perjuangan rakyat Bekasi dalam empat periode. Sayangnya kondisinya pun memprihatinkan, kumuh dan tekesan tidak terawat. Jika malam hari kerap dijadikan tempat mesra bagi muda-mudi, sebab suasananya yang remang-remang.

d. Monumen di Makam Pahlawan Bulak Kapal yang luasnya 8.350 meter persegi, dibangun pada tahun 1966. Tidak ada data yang pasti tentang siapa saja yang dikuburkan di makam pahlawan ini.

e.Monumen Bambu Runcing. Terletak di pertigaan jalan Warung Bongkok, Desa Suka Danau, Kecamatan Cibitung Kabupaten Bekasi. Berbentuk bambu runcing dibangun pertama kali pada tahun 1962 oleh prakarsa Leguin Veteran RI mengunakan bambu yang diisi dengan kayu. 

Tugu ini direnovasi mengunakan besi rel kereta api pada 10 Agustus 1970 dan diresmikan bertepatan dengan hari kemerdekaan RI, 17 Agustus 1970. Di tempat ini pernah terjadi pertempuran hebat yang menewaskan banyak pejuang.

F. Monumen Kali Bekasi yang terletak di samping jembatan Kali Bekasi Jalan Djuanda, dekat Stasiun Bekasi. Di tempat ini pernah terjadi pembantaian 90 tentara Jepang oleh Pejuang Bekasi pada tanggal 18 Agustus 1945. Atau terkenal dengan “Tragedi Kali Bekasi”, 

Hal ini membuat Soekarno mengunjungi Bekasi untuk menenangkan rakyat supaya tidak meluas menjadi kerusuhan rasial. Di tempat ini, kerap dikunjungi orang-orang Jepang untuk melakukan acara tabur bunga. 

Sampai saat ini belum ada penjelasan resmi dari Pemkot Bekasi terkait dengan makna filosofi dari bangunan tersebut. Dahulu Kali Bekasi juga merupakan tempat pemenggalan para penjajah Belanda oleh rakyat Bekasi yang akhirnya sempat mengubah air di kali ini berubah warnanya menjadi merah pekat.

5. Gedung Juang 45
Gedung Juang 45
Gedung Juang 45

Gedung yang ada di bilangan Tambun ini, tepatnya di jalan Sultan Hasanudin, dekat Pasar Tambun dan Stasiun kereta api Tambun. 

Gedung ini sekarang keadaannya sudah sangat memprihatinkan. Pemkab Bekasi pun terlihat tidak memberikan perhatian terhadap gedung merupakan bagian dari sejarah keberadaan kota Bekasi ini.

Bangunan berarsitektur neoklasik ini dibangun oleh tuan tanah Kow Tjing Kie pada tahun 1910. Pada masa perang kemerdekaan, gedung tinggi ini menjadi markas pasukan Republik dan menjadi target serangan pesawat tempur Belanda. Anehnya, peluru meriam yang dijatuhkan tidak meledak dan hanya menimbulkan kerusakan kecil.

Demikian kisah sejarah Bekasi.